Kutatap matanya dalam dalam. Ada secercah sinar yang sangat kurindukan di sana. Sinar yang belakangan ini menyinari hari-hariku. Pesona dirinya begitu kuat, sehingga aku tak kuat untuk menahan diriku, terlalu kuat hingga kupalingkan pandanganku ke bawah. Aku pun terpekur melihat bundaran bulat yang melingkar di jari manisku. Sesaat aku sadar, aku telah melanggar perjanjian itu, tapi kemudian aku pun tak sadar lagi, larut dalam daya pikat dirinya.
Aku sangat mencintai priaku yang memberikan cincin yang melingkar manis di jariku saat ini. Sayangnya kesibukannya membuat aku dan dirinya jauh. Dia tidak ada ketika aku ingin meluapkan kebahagiaan yang ada, atau ketika aku membutuhkan sebuah sandaran lembut untuk melepas emosi. Hingga hadirlah dirinya. Dirinya yang tanpa sadar selalu hadir mengisi kehampaan hati dan menawarkan hatinya untuk kugenggam. Sungguh aku mencintai priaku, tapi kenyamanan yang ditawarkannya membuatku melayang.
Aku mabuk. Dirinya terlalu menghipnotisku. Jangan salahkan aku. Aku selalu meyakinkan diriku bahwa ini hanya permainan sesaat. Hanya sesekali ketika aku benar-benar kesepian. Tapi dirinya dan pesonanya membuatku kecanduan. Jangan salahkan aku. Aku tidak sengaja.
Mereka bilang aku selingkuh. Aku bingung. Apa itu selingkuh? Tidak bolehkah aku menikmati degupan jantung yang memburu ketika kulihat matanya yang teduh itu? Haruskah aku memilih kesendirianku sementara dirinya menawarkan tidak hanya waktunya juga hatinya untuk kujadikan pegangan?
Sungguh aku tidak bermaksud untuk terjun ke lingkaran ini. Tapi sepertinya sudah terlambat. Aku sudah tidak sanggup lagi melepas peganganku pada dirinya. Maapkan aku priaku. Biarkan dunia menghukumku atas perbuatanku. Aku tau mungkin mereka tidak akan percaya bahwa aku benar-benar tidak sengaja. Aku anggap ini takdir. Mungkin memang harus sampai di sini jalanku dan ikatan cincin di jari manis ini.
Kulihat riakan air yang terjadi di kolam itu. Aku telah melempar ikatan itu. Selamat tinggal. Biarkan kuteruskan ketidak sengajaan ini. Maafkan aku karena harus sampai di sini. Mungkin hanya sampai di sinilah jalannya.
Aku sangat mencintai priaku yang memberikan cincin yang melingkar manis di jariku saat ini. Sayangnya kesibukannya membuat aku dan dirinya jauh. Dia tidak ada ketika aku ingin meluapkan kebahagiaan yang ada, atau ketika aku membutuhkan sebuah sandaran lembut untuk melepas emosi. Hingga hadirlah dirinya. Dirinya yang tanpa sadar selalu hadir mengisi kehampaan hati dan menawarkan hatinya untuk kugenggam. Sungguh aku mencintai priaku, tapi kenyamanan yang ditawarkannya membuatku melayang.
Aku mabuk. Dirinya terlalu menghipnotisku. Jangan salahkan aku. Aku selalu meyakinkan diriku bahwa ini hanya permainan sesaat. Hanya sesekali ketika aku benar-benar kesepian. Tapi dirinya dan pesonanya membuatku kecanduan. Jangan salahkan aku. Aku tidak sengaja.
Mereka bilang aku selingkuh. Aku bingung. Apa itu selingkuh? Tidak bolehkah aku menikmati degupan jantung yang memburu ketika kulihat matanya yang teduh itu? Haruskah aku memilih kesendirianku sementara dirinya menawarkan tidak hanya waktunya juga hatinya untuk kujadikan pegangan?
Sungguh aku tidak bermaksud untuk terjun ke lingkaran ini. Tapi sepertinya sudah terlambat. Aku sudah tidak sanggup lagi melepas peganganku pada dirinya. Maapkan aku priaku. Biarkan dunia menghukumku atas perbuatanku. Aku tau mungkin mereka tidak akan percaya bahwa aku benar-benar tidak sengaja. Aku anggap ini takdir. Mungkin memang harus sampai di sini jalanku dan ikatan cincin di jari manis ini.
Kulihat riakan air yang terjadi di kolam itu. Aku telah melempar ikatan itu. Selamat tinggal. Biarkan kuteruskan ketidak sengajaan ini. Maafkan aku karena harus sampai di sini. Mungkin hanya sampai di sinilah jalannya.
ehm, wah ttg apa nih?
ReplyDeleteceritanya gw pengen buat cerpen gt ras.
ReplyDeletemau coba2 ngirim cerita gt (halah, gaya amay sih gw) hehehehe
ngirim kemana Ka?
ReplyDeleteke salah satu majalah remaja mbak. hahaha
ReplyDelete